PERHATIAN!!!
Penggunaan sebagian atau seluruh materi dalam portal berita ini tanpa seijin redaksi tabloidjubi.com akan dilaporkan kepada pihak berwenang sebagai tindakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang HAK CIPTA dan/atau UU RI Nomor 19 Tahun 2016 atas perubahan UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1
Deiyai, Jubi – Pemerintah Distrik Tigi Barat, Deiyai menggelar seminar pendidikan akbar bertema “Nyalakan Pelita, Terangkan Cita-Cita” untuk menapaki jejak pendidikan di wilayah tersebut di Aula Dimipuduu Diyai, Deiyai, Rabu (26/4/2017).
Seminar digelar terkait matinya dua lembaga pendidikan yang dikelola gereja Katolik dan Kingmi, yaitu Yayasan Pendidikan Persekolah Katolik (YPPK) dan Yayasan Pendidikan Gereja-Gereja Kristen Injili (YPPGI) yang telah menghidupkan obor (pelita) bagi suku Mee di wilayah Meepago dan seantero Papua.
Koordinator seminar, Yulius Badii mengatakan, tujuan kegiatan untuk membangun kesadaran pentingnya proses pendidikan di masa depan dan mencari persoalan mendasar yang mematikan proses pendidikan.
Narasumber seminar adalah Direktur Eksekutif YPKK Tillemans Keuskupan Timika Jhontinus Giyai dengan materi “Perjalanan Pendidikan Katolik dan Permasalahannya” dan Ketua STT Widiyawii Giyai Tigi, Nahum Edoway dengan materi “Perjalanan YPPGI dan Permasalahannya”.
Kepala Distrik Tigi Barat, Fransiskus Bobii mengatakan, untuk melancarkan proses pendidikan di semua tingkatan, pemerintah dan yayasan yang mengelola sekolah-sekolah tersebut sudah menempatkan guru-guru sebagai tenaga pendidikan di masing-masing sekolah.
“Kendala tenaga guru tercipta karena faktor masalah internal dan fator eksternal yang sulit diungkapkan pada kesempatan ini, sementara faktor lain adalah minimnya perhatian orang tua dalam mendorong anak-anaknya, sebab orang tua lebih banyak bepergian ke kota dibanding tinggal di kampung,” ungkap Fransiskus.
Ia mengatakan, pera pemeritah selama ini cukup besar. Rumah besar sebagai bangunan sekolah YPPK dan YPPGI yang dibangun sejak 1938-1940-an itu sudah runtuh, dan kini tinggal puing. Ia mengajak semua pihak membangun kembali.
Di tempat sama, Assisten I Setda Kabupaten Deiyai Simon Mote mengatakan, pihaknya sangat apresiasi kegiatan seminar pendidikan akbar tersebut karena sangat penting untuk mencari titik temu meningkatkan mutu pendidikan di daerah Tigi (Deiyai). (*)
SebelumnyaUniversity of Rhode Island jajaki kerjasama dengan Papua |
SelanjutnyaPenderita kusta di Kota Jayapura tercatat 127 orang |